Zat warna tekstil dapat digolongkan menjadi 2 menurut sumber asalnya, yaitu :
Pertama, Zat Pewarna Alam (ZPA) yaitu zat warna yang berasal dari bahan-bahan alam seperti dari hasil ekstrak tumbuhan atau hewan.
Kedua, Zat Pewarna Sintesis (ZPS) yaitu Zat warna buatan atau sintesis yang dibuat melalui proses reaksi kimia dengan bahan dasar ter arang batu bara atau minyak bumi yang merupakan hasil senyawa turunan hidrokarbon aromatik seperti benzena, naftalena dan antrasena.
Pada jaman dahulu proses pewarnaan tekstil menggunakan zat warna alam. Namun, seiring peningkatan kebutuhan dan kemajuan teknologi dengan ditemukannya zat warna sintetis untuk tekstil maka semakin terkikislah penggunaan zat warna alam. Zat Pewarna Alam semakin sulit ditemukan di jaman seperti sekarang ini. Hutan-hutan sudah mulai ditebangi, sehingga sumber zat pewarna alam yang berasal dari tumbuhan dan hewan sudah mulai langka.
Berbeda dengan zat pewarna alam, zat pewarna sintetis akan lebih mudah diperoleh di pasaran, ketersediaan warna terjamin, jenis warna bermacam macam, dan lebih praktis dalam penggunaannya
Rancangan busana maupun kain batik yang menggunakan zat warna alam memiliki nilai jual atau nilai ekonomi yang tinggi karena memiliki nilai seni dan warna khas, ramah lingkungan sehingga berkesan etnik dan eksklusif.
Zat pewarna alam untuk bahan tekstil pada umumnya diperoleh dari hasil ekstrak berbagai bagian tumbuhan seperti akar, kayu, daun, biji ataupun bunga. Pengrajin-pengrajin batik telah banyak mengenal tumbuhan-tumbuhan yang dapat mewarnai bahan tekstil beberapa diantaranya adalah : daun pohon nila (indofera), kulit pohon soga tingi (Ceriops candolleana arn), kayu tegeran (Cudraina javanensis), kunyit (Curcuma), teh (Tea), akar mengkudu (Morinda citrifelia), kulit soga jambal (Pelthophorum ferruginum), kesumba (Bixa orelana), daun jambu biji (Psidium guajava). (Sewan Susanto,1973).
Mori yang diwarnai dengan zat warna alam adalah yang berasal dari serat alam contohnya sutera, wol dan kapas (katun). Sedangkan mori dari serat sintetis seperti polyester , nilon dan lainnya tidak memiliki afinitas (daya serap) terhadap zat warna alam sehingga zat warna alam tidak bisa menempel dan meresap di mori sintetis tersebut. Bahan dari sutera pada umumnya memiliki afinitas paling bagus terhadap zat warna alam dibandingkan dengan bahan dari kapas.
Salah satu kendala pewarnaan mori menggunakan zat warna alam adalah variasi warnanya sangat terbatas dan ketersediaan bahannya yang tidak siap pakai sehingga diperlukan proses-proses khusus untuk dapat dijadikan larutan pewarna mori. Oleh karena itu zat warna alam dianggap kurang praktis penggunaannya. Namun dibalik kekurangannya tersebut zat warna alam memiliki potensi pasar yang tinggi sebagai komoditas unggulan produk Indonesia memasuki pasar global dengan daya tarik pada karakteristik yang unik, etnik dan eksklusif.
Untuk itu, sebagai upaya mengangkat kembali penggunaan zat warna alam untuk tekstil maka perlu dilakukan pengembangan zat warna alam dengan melakukan eksplorasi sumber- sumber zat warna alam dari potensi sumber daya alam Indonesia yang melimpah. Eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui secara kualitatif warna yang dihasilkan oleh berbagai tanaman di sekitar kita untuk pencelupan tekstil. Dengan demikian hasilnya dapat semakin memperkaya jenis –jenis tanaman sumber pewarna alam sehingga ketersediaan zat warna alam selalu terjaga dan variasi warna yang dihasilkan semakin beragam. Eksplorasi zat warna alam ini bisa diawali dari memilih berbagai jenis tanaman yang ada di sekitar kita baik dari bagian daun, bunga, batang, kulit ataupun akar . Sebagai indikasi awal, tanaman yang kita pilih sebagai bahan pembuat zat pewarna alam adalah bagian tanaman–tanaman yang berwarna atau jika bagian tanaman itu digoreskan ke permukaan putih meninggalkan bekas/goresan berwarna. Pembuatan zat warna alam untuk pewarnaan bahan mori dapat dilakukan menggunakan teknologi dan peralatan sederhana.
Untuk itu pigmen – pigmen alam tersebut perlu dieksplorasi dari jaringan atau organ tumbuhan dan dijadikan larutan zat warna alam untuk pencelupan bahan tekstil. Proses eksplorasi dilakukan dengan teknik ekstraksi dengan pelarut air.
Proses pembuatan larutan zat warna alam adalah proses untuk mengambil pigmen – pigmen penimbul warna yang berada di dalam tumbuhan baik terdapat pada daun, batang, buah, bunga, biji ataupun akar. Proses eksplorasi pengambilan pigmen zat warna alam disebut proses ekstraksi. Proses ektraksi ini dilakukan dengan merebus bahan dengan pelarut air. Bagian tumbuhan yang di ekstrak adalah bagian yang diindikasikan paling kuat/banyak memiliki pigmen warna misalnya bagian daun, batang, akar, kulit buah, biji ataupun buahnya. Untuk proses ekplorasi ini dibutuhkan bahan sebagai berikut:
Dalam melakukan proses ekstraksi/pembuatan larutan zat warna alam perlu disesuaikan dengan berat bahan yang hendak diproses sehingga jumlah larutan zat warna alam yang dihasilkan dapat mencukupi untuk mencelup bahan tekstil. Banyaknya larutan zat warna alam yang diperlukan tergantung pada jumlah bahan tekstil yang akan diproses. Perbandingan larutan zat warna dengan bahan tekstil yang biasa digunakan adalah 1:30. Misalnya berat bahan mori yang diproses 100 gram maka kebutuhan larutan zat warna alam adalah 3 liter. Berikut ini adalah langkah-langkah proses ekstraksi untuk mengeksplorasi zat pewarna alam dalam skala laboratorium:
Proses pewarnaan batik dengan teknik usap dapat menggunakan zat warna napthol atau zat warna indigosol. Kain yang sudah siap diwarna direntangkan pada spanram. Kain yang sudah dibatik diwarna dengan warna yang berbeda-beda sesuai dengan keinginan. Alat yang digunakan berupa spon yang sudah dicelupkan pada warna.
Langkah-langkah teknik usap menggunakan zat warna napthol sebagai berikut:
TEKNIK PEWARNAAN COLETAN
Mencolet adalah memberi warna dengan alat dari rotan atau kuas dengan cara digambarkan pada motif tertentu yang dibatasi oleh garis-garis malam sehingga warna tidak merembes ke area lain. Biasanya untuk coletan dipakai zat warna remasol, rapid atau indigosol.
Di daerah pantai utara seperti Gresik, pewarnaan secara ini disebut dulitan dan kain batik yang dihasilkan disebut kain dulitan. Hal ini sudah dikerjakan sejak dulu kala.Teknik colet sering juga disebut dengan teknik lukis.
Langkah-langkah mencolet menggunakan zat warna indigosol sebagai berikut:
Keunggulan dari teknik colet adalah
TEKNIK SEMPROT
Tak hanya pada pengecatan mobil atau motor saja lho... teknik semprot juga bisa diaplikasikan pada pewarnaan batik. Cara dan alat yang digunakan kurang lebih sama, hanya bahan pewarnanya yang berbeda. Zat pewarnanya bisa menggunakan napthol, remasol, rapid atau indigosol. Akhir-akhir ini banyak pengrajin batik yang menggunakan teknik air brush ini. Hasil pewarnaannya terlihat bervariasi, unik dan menarik.
Langkah-langkah teknik semprot atau air brush menggunakan zat warna napthol sebagai berikut:
Keunggulan dari teknik semprot atau air brush adalah
SERAT KAYU
Pemilihan motif yang sederhana dan tidak banyak detail menjadikan batik akar kayu ini cepat dan mudah dikerjakan. Motif yang dipilih kebanyakan flora yang terkesan besar-besar dan tegas. Agar batikan terkesan penuh makanya dikombinasikan dengan motif akar kayu... Pemikiran dan siasat yang baguss ya :)
Batik akar kayu ini biasanya memiliki tiga warna (misal: putih, kuning dan violet) sampai empat warna. Warna-warna yang dipilih adalah warna yang cerah. Dalam sehelai kain batik biasanya memiliki warna yang kontras antara warna motif dan warna latar. Proses pewarnaan motif biasanya dicolet dan untuk latar baru dicelup. Untuk proses pewarnaan terakhir baru menggunakan kayu yang sudah dilumuri pewarna.
Berikut adalah proses pembuatan batik akar kayu:
Pernah gak kamu membeli batik tulis tapi ternyata yang didapat batik cap atau malah printing. Sebel banget pastinya kan? Hal itu sering banget terjadi ketika kita tak bisa membedakan mana batik tulis dan mana yang bukan. Padahal dari segi teknik sangat berbeda antara ketiga batik tersebut. Kali ini, kita akan pelajari teknik batik tulis, dari mulai proses pekerjaan awal sampai jadi kain batik.
Untuk langkah awal, kain mori yang akan dibatik harus dipersiapkan terlebih dahulu. Untuk hasil kain batik yang maksimal kain perlu diketel (mencuci), dikanji (menganji), dan dikemplong (setrika). Kain diketel tujuannya untuk menghilangkan kanji dari pabrik yang melebihi ukuran standar, untuk kemudian diganti dengan kanji ringan. Cara menghilangkan kanji tersebut, kain direndam semalam dalam air bersih, kemudian pada pagi harinya dipukul-pukul lalu dibilas dengan air bersih. Kain akan memiliki daya serap warna yang lebih baik. Setelah itu kain dikanji agar malam tidak meresap ke dalan kain dan kelak malam ini mudah dihilangkan.Kemudian kain dikemplong agar permukaan kain halus, rata, dan lemas dengan cara kain dipukul berulang-ulang
Nah selanjutnya kita pelajari proses batik tulis yuk. Prosesnya mulai dari Nyoret, Ngolwong, Nembok, Medel, Mbironi, Nyoga, Nglorod................
1) Nyoret
Nyoret adalah menggambar pola pada kain yang siap untuk dibatik dengan pensil.
2) Nglowong
Nglowong adalah membatik garis-garis pola yang sudah digambar dengan menggunakan canting. Batik tulis dengan kualitas tinggi, biasanya dilakukan nglowong pada kedua sisi kainnya (bagian baik dan bagian buruk). Nglowong pada sebelah kain disebut juga ngengreng dan setelah selesai dilanjutkan dengan nerusi pada sebelah lainnya.
3) Nembok
Nembok adalah membatik bagian-bagian yang dikehendaki tetap bewarna putih sebelum dicelup dalam zat pewarnaan. Lapisan malam ini ibaratnya sebuah tembok, untuk menahan zat pewarnanya agar jangan sampai merembes kebagian-bagian yang tertutup malam.
4) Medel
Medel adalah pencelupan pertama ke dalam zat pewarna. Tujuannya memberi warna biru tua sebagai warna dasar kain. Jaman dulu pekerjaan ini memakan waktu berhari-hari karena pewarna yang digunakan berasal dari tanaman indigo (dalam bahasa Jawa disebut tom). Zat pewarna semacam ini lambat sekali meresap kepada mori sehingga kain batik harus berulang dicelup. Kini dengan terdapatnya zat pewarna sintetis menjadi jauh lebih cepat meresapnya dan waktu pengerjaannya dapat diperpendek.
5) Ngerok
Ngerok adalah menghilangkan malam klowong. Bagian yang akan disoga agar berwarna coklat, dikerok dengan Cawuk (semacam pisau tumpul dibuat dari seng), untuk menghilangkan malam.
7) Menyoga
Menyoga adalah pencelupan warna kedua. Jaman dulu menggunakan soga alam yang tidak cukup dikerjakan satu dua kali saja, melainkan harus berulang-ulang. Tiap kali pencelupan, harus didahului dengan pengeringan di udara. Dengan memakai soga sintetis, waktu pencelupan dapat diperpendek sampai paling lama setengah jam. Istilah menyoga berasal dai soga ialah jenis pohon tertentu yang kulitnya dapat memberi warna coklat jika direndam dalam air.
8) Nglorod
Nglorod adalah menghilangkan malam. Setelah mendapat warna-warna yang dikehendaki, maka kain batik masih harus mengalami pengerjaan yang terakhir. Malam yang masih ketinggalan pada kain, perlu dihilangkan sama sekali. Caranya ialah dengan memasukkannya dalam air mendidih.
setelah selesai di lorod terus ditiriskan sampek kering
Pertama, Zat Pewarna Alam (ZPA) yaitu zat warna yang berasal dari bahan-bahan alam seperti dari hasil ekstrak tumbuhan atau hewan.
Kedua, Zat Pewarna Sintesis (ZPS) yaitu Zat warna buatan atau sintesis yang dibuat melalui proses reaksi kimia dengan bahan dasar ter arang batu bara atau minyak bumi yang merupakan hasil senyawa turunan hidrokarbon aromatik seperti benzena, naftalena dan antrasena.
Pada jaman dahulu proses pewarnaan tekstil menggunakan zat warna alam. Namun, seiring peningkatan kebutuhan dan kemajuan teknologi dengan ditemukannya zat warna sintetis untuk tekstil maka semakin terkikislah penggunaan zat warna alam. Zat Pewarna Alam semakin sulit ditemukan di jaman seperti sekarang ini. Hutan-hutan sudah mulai ditebangi, sehingga sumber zat pewarna alam yang berasal dari tumbuhan dan hewan sudah mulai langka.
Berbeda dengan zat pewarna alam, zat pewarna sintetis akan lebih mudah diperoleh di pasaran, ketersediaan warna terjamin, jenis warna bermacam macam, dan lebih praktis dalam penggunaannya
Rancangan busana maupun kain batik yang menggunakan zat warna alam memiliki nilai jual atau nilai ekonomi yang tinggi karena memiliki nilai seni dan warna khas, ramah lingkungan sehingga berkesan etnik dan eksklusif.
Zat pewarna alam untuk bahan tekstil pada umumnya diperoleh dari hasil ekstrak berbagai bagian tumbuhan seperti akar, kayu, daun, biji ataupun bunga. Pengrajin-pengrajin batik telah banyak mengenal tumbuhan-tumbuhan yang dapat mewarnai bahan tekstil beberapa diantaranya adalah : daun pohon nila (indofera), kulit pohon soga tingi (Ceriops candolleana arn), kayu tegeran (Cudraina javanensis), kunyit (Curcuma), teh (Tea), akar mengkudu (Morinda citrifelia), kulit soga jambal (Pelthophorum ferruginum), kesumba (Bixa orelana), daun jambu biji (Psidium guajava). (Sewan Susanto,1973).
Mori yang diwarnai dengan zat warna alam adalah yang berasal dari serat alam contohnya sutera, wol dan kapas (katun). Sedangkan mori dari serat sintetis seperti polyester , nilon dan lainnya tidak memiliki afinitas (daya serap) terhadap zat warna alam sehingga zat warna alam tidak bisa menempel dan meresap di mori sintetis tersebut. Bahan dari sutera pada umumnya memiliki afinitas paling bagus terhadap zat warna alam dibandingkan dengan bahan dari kapas.
Salah satu kendala pewarnaan mori menggunakan zat warna alam adalah variasi warnanya sangat terbatas dan ketersediaan bahannya yang tidak siap pakai sehingga diperlukan proses-proses khusus untuk dapat dijadikan larutan pewarna mori. Oleh karena itu zat warna alam dianggap kurang praktis penggunaannya. Namun dibalik kekurangannya tersebut zat warna alam memiliki potensi pasar yang tinggi sebagai komoditas unggulan produk Indonesia memasuki pasar global dengan daya tarik pada karakteristik yang unik, etnik dan eksklusif.
Untuk itu, sebagai upaya mengangkat kembali penggunaan zat warna alam untuk tekstil maka perlu dilakukan pengembangan zat warna alam dengan melakukan eksplorasi sumber- sumber zat warna alam dari potensi sumber daya alam Indonesia yang melimpah. Eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui secara kualitatif warna yang dihasilkan oleh berbagai tanaman di sekitar kita untuk pencelupan tekstil. Dengan demikian hasilnya dapat semakin memperkaya jenis –jenis tanaman sumber pewarna alam sehingga ketersediaan zat warna alam selalu terjaga dan variasi warna yang dihasilkan semakin beragam. Eksplorasi zat warna alam ini bisa diawali dari memilih berbagai jenis tanaman yang ada di sekitar kita baik dari bagian daun, bunga, batang, kulit ataupun akar . Sebagai indikasi awal, tanaman yang kita pilih sebagai bahan pembuat zat pewarna alam adalah bagian tanaman–tanaman yang berwarna atau jika bagian tanaman itu digoreskan ke permukaan putih meninggalkan bekas/goresan berwarna. Pembuatan zat warna alam untuk pewarnaan bahan mori dapat dilakukan menggunakan teknologi dan peralatan sederhana.
Untuk itu pigmen – pigmen alam tersebut perlu dieksplorasi dari jaringan atau organ tumbuhan dan dijadikan larutan zat warna alam untuk pencelupan bahan tekstil. Proses eksplorasi dilakukan dengan teknik ekstraksi dengan pelarut air.
Proses pembuatan larutan zat warna alam adalah proses untuk mengambil pigmen – pigmen penimbul warna yang berada di dalam tumbuhan baik terdapat pada daun, batang, buah, bunga, biji ataupun akar. Proses eksplorasi pengambilan pigmen zat warna alam disebut proses ekstraksi. Proses ektraksi ini dilakukan dengan merebus bahan dengan pelarut air. Bagian tumbuhan yang di ekstrak adalah bagian yang diindikasikan paling kuat/banyak memiliki pigmen warna misalnya bagian daun, batang, akar, kulit buah, biji ataupun buahnya. Untuk proses ekplorasi ini dibutuhkan bahan sebagai berikut:
- Kain katun (birkolin) dan sutera,
- Ekstrak adalah bahan yang diambil dari bagian tanaman di
sekitar kita yang ingin kita jadikan sumber pewarna alam seperti : daun
pepaya, bunga sepatu, daun alpokat, kulit buah manggis, daun jati, kayu
secang, biji makutodewo, daun ketela pohon, daun jambu biji ataupun
jenis tanaman lainnya yang ingin kita eksplorasi
- Bahan kimia yang digunakan adalah tunjung (FeSO4) , tawas,
natrium karbonat/soda abu (Na2CO3) , kapur tohor (CaCO3), bahan ini
dapat di dapatkan di toko-toko bahan kimia. Peralatan yang digunakan
adalah timbangan, ember, panci, kompor, thermometer , pisau dan gunting
Dalam melakukan proses ekstraksi/pembuatan larutan zat warna alam perlu disesuaikan dengan berat bahan yang hendak diproses sehingga jumlah larutan zat warna alam yang dihasilkan dapat mencukupi untuk mencelup bahan tekstil. Banyaknya larutan zat warna alam yang diperlukan tergantung pada jumlah bahan tekstil yang akan diproses. Perbandingan larutan zat warna dengan bahan tekstil yang biasa digunakan adalah 1:30. Misalnya berat bahan mori yang diproses 100 gram maka kebutuhan larutan zat warna alam adalah 3 liter. Berikut ini adalah langkah-langkah proses ekstraksi untuk mengeksplorasi zat pewarna alam dalam skala laboratorium:
- Potong menjadi ukuran kecil – kecil bagian tanaman yang diinginkan
misalnya: daun, batang , kulit atau buah. Bahan dapat dikeringkan dulu
maupun langsung diekstrak. Ambil potongan tersebut seberat 500 gr.
- Masukkan potongan-potongan tersebut ke dalam panci. Tambahkan
air dengan perbandingan 1:10. Contohnya jika berat bahan yang diekstrak
500gr maka airnya 5 liter.
- Rebus bahan hingga volume air menjadi setengahnya (2,5liter).
Jika menghendaki larutan zat warna jadi lebih kental volume sisa
perebusan bisa diperkecil misalnya menjadi sepertiganya. Sebagai
indikasi bahwa pigmen warna yang ada dalam tumbuhan telah keluar
ditunjukkan dengan air setelah perebusan menjadi berwarna. Jika larutan
tetap bening berarti tanaman tersebut hampir dipastikan tidak mengandung
pigmen warna.
- Saring dengan kasa penyaring larutan hasil proses ekstraksi tersebut untuk memisahkan dengan sisa bahan yang diesktrak (residu). Larutan ekstrak hasil penyaringan ini disebut larutan zat warna alam. Setelah dingin larutan siap digunakan.
Proses pewarnaan batik dengan teknik usap dapat menggunakan zat warna napthol atau zat warna indigosol. Kain yang sudah siap diwarna direntangkan pada spanram. Kain yang sudah dibatik diwarna dengan warna yang berbeda-beda sesuai dengan keinginan. Alat yang digunakan berupa spon yang sudah dicelupkan pada warna.
Langkah-langkah teknik usap menggunakan zat warna napthol sebagai berikut:
- Siapkan alat dan bahan. Alat yang biasanya digunakan adalah spon dan bahannya adalah zat warna napthol.
- Basahi kain batikan dengan air TRO. Lalu rentangkan kain pada spanram.
- Siapkan larutan I zat warna Napthol. Timbanglah zat warna sesuai dengan resep. Larutan I adalah 5 gram napthol, 1½ gram TRO, 3 gram kostik dicampur 1 liter air panas dan ½ liter air dingin. Takaran ini untuk 1 meter kain. Takaran bisa disesuaikan dengan kebutuhan.
- Siapkan larutan II adalah untuk garam diazo atau pembangkit warna. Perbandingannya 10 gram garam diazo dicampur 1 liter air dingin. Siapkan lebih dari satu larutan untuk mendapatkan variasi warna dalam satu helai kain. Takaran bisa disesuaikan dengan kebutuhan.
- Celupkan kain pada larutan I kemudian atuskan (keringkan).
- Basahi spon dengan larutan II (garam diazo) lalu usapkan pada kain sesuai dengan warna yang diinginkan. Siapkan spon lebih dari satu untuk pengusapan berbagai warna.
- Bilas kain yang sudah selesai pengusapan dengan air bersih lalu keringkan.
- Jika menginginkan warna yang cerah gunakan zat warna Indigisol, remasol atau rapid dan kalo ingin warna yang agak gelap gunakan saja zat warna napthol. Pemakaian masing-masing zat warna memiliki cara yang berbeda...kapan-kapan dibahas ya...
TEKNIK PEWARNAAN COLETAN
Mencolet adalah memberi warna dengan alat dari rotan atau kuas dengan cara digambarkan pada motif tertentu yang dibatasi oleh garis-garis malam sehingga warna tidak merembes ke area lain. Biasanya untuk coletan dipakai zat warna remasol, rapid atau indigosol.
Di daerah pantai utara seperti Gresik, pewarnaan secara ini disebut dulitan dan kain batik yang dihasilkan disebut kain dulitan. Hal ini sudah dikerjakan sejak dulu kala.Teknik colet sering juga disebut dengan teknik lukis.
Langkah-langkah mencolet menggunakan zat warna indigosol sebagai berikut:
- Siapkan alat dan bahan untuk mencolet. Alat yang biasanya digunakan adalah kuas atau rotan dan gelas aqua. Ukuran kuasnya bisa bervariasi tergantung kebutuhan.
- Bersihkan meja coletan dan aturlah kertas koran untuk alas. Selain alas koran, bisa juga menggunakan busa ataupun karung goni. Kenapa harus menggunakan alas ya ? Alasannya simpel, agar warna gak mbleber (warna hanya mengenai bidang yang dikehendaki aja)
- Bentangkan kain yang sudah selesai dibatik di atas meja dengan sisi rengrengan (sisi batikan yang bagian muka) di sebelah atas... Jangan sampai terbalik ... :)
- Untuk coletan digunakan zat warna Indigosol. Pemilihan zat warna Indigisol dikarenakan warna-warna lebih cerah dibanding zat warna napthol yang cenderung warna gelap. Timbanglah zat warna sesuai dengan resep. Cara menimbang warna, satu demi satu. Atau dapat juga sekaligus bila bagian-bagian yang dicolet tidak terlalu banyak. Semua zat warna ditimbang dan kemudian dilarutkan masing-masing dalam tempat tersendiri. Penimbangan sangat penting dilakukan agar warna sesuai dengan yang dinginkan dan tidak terjadi kesalahan dalam pewarnaan. Nah, sekarang siapkan 2 larutan. Larutan I adalah campuran zat warna Indigosol, nitrit dilarutkan dengan air panas. Perbandingan untuk 1 meter kain untuk celupan adalah 5 gram Indigosol, 7 gram nitit (Na No2) dan 1 liter air panas. Jika hanya coletan saja maka takaran bisa menyesuaikan sesuai dengan kebutuhan. Larutan II adalah untuk pembangkit warna. Perbandingannya 20 cc Hcl dicampur 2 liter air dingin. Perbandingan ini harus pas, jika perbandingan tidak pas akan terjadi kesalahan sangat fatal. Jika air Hcl melebihi takaran, akan menyebabkan kain rusak atau rapuh bahkan efek yang terlihat langsung adalah berlubang dan mudah sobek. Jikaterlalu banyak air dingin akan menyebabkan tidak munculnya warna coletan... harus hati-hati ya....
- Ambillah kuas rotan yang sudah disiapkan dan mulailah mencolet. Untuk mempermudah pelaksanaannya, pencoletan dikerjakan dari sebelah sisi panjang kain, dari ujung kiri sampai ujung kanan melebar separo lebar kain. Kemudian dari sebelah sisi panjang kain yang satu, dari ujung kanan ke kiri, juga selebar setangah kain. Setelah semua warna dicoletkan, kemudian dikeringkan untuk selanjutnya mencolet sisi terusan sampai selesai seluruh permukaan terusan dan dikeringkan di bawah sinar matahari, untuk menolong mempercepat pembangkitan warna. Ada beberapa warna Indigosol yang tidak memerlukan sinar matahari, yaitu warna pink dan hijau. Namun untuk mendapatkan warna yang maksimal sebaiknya tetap dikeringkan dengan sinar matahari. Hindari teknik mencolet di kala musim hujan kalo tidak ingin mendapat hasil yang mengecewakan ...atau jika terpaksa, gunakan zat warna napthol untuk pencoletan.
- Siapkan larutan pembangkitkan warna air.
- Masukkan kain yang sudah kering coletannya ke dalam larutan pembangkit sampai kain terendam seluruhnya. Apabila sudah tidak terlihat lagi perubahan warna, maka kain diangkat, dicuci dan dikeringkan.
Keunggulan dari teknik colet adalah
- Warna yang dihasilkan dalam satu helai batik bisa bermacam-macam.
- Penggunakan warna relatif lebih hemat.
- Warna yang dihasilkan cerah.
- Bisa memilih mana batikan yang ingin dicolet dan mana yang tidak.
- Bisa menghemat air.
- membutuhkan waktu yang relatif lama tergantung berapa banyak motif yang ingin dicolet.
- Warna bisa mbleber ke motif lain.
- Warna tidak rata dan cenderung tidak terlalu kuat menempelnya pada kain.
TEKNIK SEMPROT
Tak hanya pada pengecatan mobil atau motor saja lho... teknik semprot juga bisa diaplikasikan pada pewarnaan batik. Cara dan alat yang digunakan kurang lebih sama, hanya bahan pewarnanya yang berbeda. Zat pewarnanya bisa menggunakan napthol, remasol, rapid atau indigosol. Akhir-akhir ini banyak pengrajin batik yang menggunakan teknik air brush ini. Hasil pewarnaannya terlihat bervariasi, unik dan menarik.
Langkah-langkah teknik semprot atau air brush menggunakan zat warna napthol sebagai berikut:
- Siapkan alat dan bahan. Alat yang biasanya digunakan adalah kompressor dan bahannya adalah zat warna napthol.
- Bersihkan meja untuk pewarnaan dan aturlah kertas koran untuk alas. Bisa juga kain dibentangkan pada spanram.
- Larutan zat warna Napthol. Timbanglah zat warna sesuai dengan resep. Cara menimbang warna, satu demi satu. Larutan I adalah 5 gram napthol, 1½ gram TRO, 3 gram kostik dicampur 1 liter air panas dan ½ liter air dingin. Takaran ini untuk 1 meter kain. Takaran bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Larutan II adalah untuk garam diazo atau pembangkit warna. Perbandingannya 10 gram garamdiazo dicampur 1 liter air dingin. Napthol yang digunakan bisa cuma satu saja namun garam diazonya yang beraneka ragam. Maka warna yang dihasilkanpun akan bervariasi.
- Masukkan larutan pada masing-masing tempat kompressor. Lalu semprotkan larutan I pada kain batikan yang sudah dibasahi. Jika kain yang diwarna tidak lebar bisa menggunakan semprotan burung atau semprotan botol bekas parfum.
- Setelah kain sudah tidak terlalu basah atau dalam keadaan sudah setengah kering maka semprotkan larutan II. Hal ini dilakukan agar warna tidak saling tumpang tindih atau mleber. Atau memang sengaja dilakukan tumpang tindih warna itu tak jadi masalah.
- Bilas dengan air bersih lalu keringkan.
Keunggulan dari teknik semprot atau air brush adalah
- Warna yang dihasilkan dalam satu helai batik bisa bermacam-macam.
- Gradasi dan warna yang terbentuk tampak lebih menarik, unik dan artistik.
- Penggunakan warna relatif lebih hemat.
- Bisa menghemat air.
- Waktu pewarnaan relatif singkat.
- Bisa terjadi tumpang tindih warna.
- Warna bisa mbleber kemana-mana.
- Warna tidak merata dan cenderung tidak terlalu melekat pada kain.
- Warnanya tipis tidak bisa pekat.
SERAT KAYU
Pemilihan motif yang sederhana dan tidak banyak detail menjadikan batik akar kayu ini cepat dan mudah dikerjakan. Motif yang dipilih kebanyakan flora yang terkesan besar-besar dan tegas. Agar batikan terkesan penuh makanya dikombinasikan dengan motif akar kayu... Pemikiran dan siasat yang baguss ya :)
Batik akar kayu ini biasanya memiliki tiga warna (misal: putih, kuning dan violet) sampai empat warna. Warna-warna yang dipilih adalah warna yang cerah. Dalam sehelai kain batik biasanya memiliki warna yang kontras antara warna motif dan warna latar. Proses pewarnaan motif biasanya dicolet dan untuk latar baru dicelup. Untuk proses pewarnaan terakhir baru menggunakan kayu yang sudah dilumuri pewarna.
Berikut adalah proses pembuatan batik akar kayu:
- Pertama kain Mori putih yang hendak digunakan akan direndam dalam air bercampur minyak dempel (istilah orang setempat) dan abu sisa pembakaran kayu dari tungku. Namun untuk menghemat waktu dan biaya, biasanya hanya direndam dengan TRO atau air sabun. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan kanji yang melekat pada kain bawaan dari pabrik.
- Kain dicuci lalu dikeringkan.
- Memola kain sesuai dengan motif yang dikehendaki. Motif biasanya simpel dan sederhana tanpa detail yang rumit.
- Proses membatik (mengklowong dan memberi isen-isen).
- Pewarnaan dengan teknik colet. Teknik coletan dipilih karena menghemat waktu, tenaga dan tentunya biaya. Pewarna biasanya menggunakan napthol, indigosol, remasol, dan warna sintetislainnya.
- Proses menembok, menutup motif yang sudah diwarna colet.
- Pewarnaan dengan teknik celup untuk mewarnai latar batik, biasanya dipilih warna-warna kontras dengan warna motif.
- Untuk memberi motif serat kayu, kain digulung dengan menggunakan kayu yang memiliki permukaan yang tidak rata atau berserat. Sebelumnya kayu tersebut di masukkan bak warna atau dilumuri warna sampai rata seluruh permukaannya. Lalu kain digulung pada kayu tersebut, proses ini bisa dikerjakan beberapa kali. Warna yang digunakan biasanya sama dengan warna motif atau warna lain yang tentunya berbeda dengan warna latar. Biar terlihat motif akar kayunya. Selanjutnya kain dilepas dari kayu tersebut. Pada kain akan terlihat efek-efek seperti serat kayu, atau seperti retakan lilin saat diberi warna. Dalam hal ini masyarakat Madura kreatif banget, efek yang ditimbulkan sama persis dengan retakan malam tanpa menggunakan malam batik. Bisa hemat biaya dong...hehehhe.... Dan hasil batiknya juga unik banget dan tentunya tetap full colour.... J
- Melorod, proses ini merupakan usaha untuk menghilangkan malam yang melekat pada kain, yaitu dengan memasukan kain ke dalam air mendidih.
- Terakhir, adalah menjemur di tengah terik sinar matahari.
Pernah gak kamu membeli batik tulis tapi ternyata yang didapat batik cap atau malah printing. Sebel banget pastinya kan? Hal itu sering banget terjadi ketika kita tak bisa membedakan mana batik tulis dan mana yang bukan. Padahal dari segi teknik sangat berbeda antara ketiga batik tersebut. Kali ini, kita akan pelajari teknik batik tulis, dari mulai proses pekerjaan awal sampai jadi kain batik.
Untuk langkah awal, kain mori yang akan dibatik harus dipersiapkan terlebih dahulu. Untuk hasil kain batik yang maksimal kain perlu diketel (mencuci), dikanji (menganji), dan dikemplong (setrika). Kain diketel tujuannya untuk menghilangkan kanji dari pabrik yang melebihi ukuran standar, untuk kemudian diganti dengan kanji ringan. Cara menghilangkan kanji tersebut, kain direndam semalam dalam air bersih, kemudian pada pagi harinya dipukul-pukul lalu dibilas dengan air bersih. Kain akan memiliki daya serap warna yang lebih baik. Setelah itu kain dikanji agar malam tidak meresap ke dalan kain dan kelak malam ini mudah dihilangkan.Kemudian kain dikemplong agar permukaan kain halus, rata, dan lemas dengan cara kain dipukul berulang-ulang
Nah selanjutnya kita pelajari proses batik tulis yuk. Prosesnya mulai dari Nyoret, Ngolwong, Nembok, Medel, Mbironi, Nyoga, Nglorod................
1) Nyoret
Nyoret adalah menggambar pola pada kain yang siap untuk dibatik dengan pensil.
2) Nglowong
Nglowong adalah membatik garis-garis pola yang sudah digambar dengan menggunakan canting. Batik tulis dengan kualitas tinggi, biasanya dilakukan nglowong pada kedua sisi kainnya (bagian baik dan bagian buruk). Nglowong pada sebelah kain disebut juga ngengreng dan setelah selesai dilanjutkan dengan nerusi pada sebelah lainnya.
3) Nembok
Nembok adalah membatik bagian-bagian yang dikehendaki tetap bewarna putih sebelum dicelup dalam zat pewarnaan. Lapisan malam ini ibaratnya sebuah tembok, untuk menahan zat pewarnanya agar jangan sampai merembes kebagian-bagian yang tertutup malam.
4) Medel
Medel adalah pencelupan pertama ke dalam zat pewarna. Tujuannya memberi warna biru tua sebagai warna dasar kain. Jaman dulu pekerjaan ini memakan waktu berhari-hari karena pewarna yang digunakan berasal dari tanaman indigo (dalam bahasa Jawa disebut tom). Zat pewarna semacam ini lambat sekali meresap kepada mori sehingga kain batik harus berulang dicelup. Kini dengan terdapatnya zat pewarna sintetis menjadi jauh lebih cepat meresapnya dan waktu pengerjaannya dapat diperpendek.
5) Ngerok
Ngerok adalah menghilangkan malam klowong. Bagian yang akan disoga agar berwarna coklat, dikerok dengan Cawuk (semacam pisau tumpul dibuat dari seng), untuk menghilangkan malam.
6) Mbironi
Mbironi adalah membatik bagian-bagian yang akan disoga. Pekerjaan mbironi dikerjakan juga pada kedua sisi kain. 7) Menyoga
Menyoga adalah pencelupan warna kedua. Jaman dulu menggunakan soga alam yang tidak cukup dikerjakan satu dua kali saja, melainkan harus berulang-ulang. Tiap kali pencelupan, harus didahului dengan pengeringan di udara. Dengan memakai soga sintetis, waktu pencelupan dapat diperpendek sampai paling lama setengah jam. Istilah menyoga berasal dai soga ialah jenis pohon tertentu yang kulitnya dapat memberi warna coklat jika direndam dalam air.
8) Nglorod
Nglorod adalah menghilangkan malam. Setelah mendapat warna-warna yang dikehendaki, maka kain batik masih harus mengalami pengerjaan yang terakhir. Malam yang masih ketinggalan pada kain, perlu dihilangkan sama sekali. Caranya ialah dengan memasukkannya dalam air mendidih.
setelah selesai di lorod terus ditiriskan sampek kering
Terimakasih atas informasinya. salam batik lovers Grosir batik murah
ReplyDeleteInfo yang bagus sangat edukatif....
ReplyDeletemakasih infonya,
ReplyDeleteMari kita lestarikan batik sebagai budaya bangsa.
ReplyDeleteTerpercaya karena kualitas dan pengalaman. Kami lilin batik Azka Grup memproduksi dua jenis malam/lilin batik berkualitas,yaitu malam batik coklat dan kuning.
Minat WA:087835180815